DALAM segala macam acara jamuan, kue tak pernah absen menjadi menu
hidangan. Maklum, sudah kelaziman, para tamu tak cuma disuguhi makan
besar. Karena itu, sebagaimana sekondan-sekondannya di bisnis makanan,
usaha pembuatan dan penjualan kue juga mampu bertahan di segala situasi
ekonomi, termasuk krisis seperti sekarang.
Tapi, agar tetap bisa survive dalam jangka panjang, produsen kue
membutuhkan berbagai inovasi dalam berbisnis. Pengalaman Peni Respati
menjadi bukti. Perempuan berkerudung ini memulai bisnis cake hias
bertajuk Cake Miracle sejak April 2006.
“Hobi saya memang memasak dari kecil, selain itu ketertarikan pada
seni juga besar,” ujar Peni. Ia ingat mulai kerap membikin sendiri
crackers berwujud pisang keju untuk kawan-kawannya yang bertandang ke
rumah, sejak masih duduk di kelas 6 SD.
Sebelum benar-benar menekuni bisnis pembuatan kue, wanita yang sempat
menjadi pekerja kantoran selama 14 tahun ini mengaku sering mendapat
pesanan dari rekan sekantor dan teman-teman suaminya. Untuk mengasah
kemampuan, ia pun mengikuti kursus memasak singkat.
Alhasil, pesanan yang masuk kian bejibun. Peni pun memutuskan keluar
dari kantor tempatnya bekerja, dan memfokus-kan perhatian pada bisnis
kue.
Peni tak hanya membuat kue yang lezat di lidah, tapi juga elok di
mata. Sampai-sampai banyak konsumen enggan menyantap hiasan yang ia buat
karena dikira bukan kue. Ambil contoh, kue tart hias yang ia bikin
untuk ulang tahun seorang anak perempuan berusia tiga tahun. Kue itu
penuh warna dengan proporsi yang pas, berhias tokoh Disney Little
Mermaid lengkap dengan hiasan ikan dan kepiting. Tak tega untuk
menggigitnya, deh.
Ada juga kue tart berhias “Putri Salju lengkap dengan tujuh kurcaci.
Semua kue itu berpenampilan menawan dan pasti bakal menggugah mata
sekaligus selera lidah para penggemar dan pemesan kue.
Walau kue buatannya berkualitas prima, Peni mengaku perkakas yang
dipakai standar. “Oven untuk memanggang kue, mixer untuk mengolah
adonan, dan lemari es untuk menyimpan kue,” ujar Peni. Memang, semua
pengusaha yang ingin menggeluti bisnis ini wajib memiliki ketiga
peralatan baku tersebut.
Peni mencoba mengingat-ingat, modal awal yang dia butuhkan termasuk
bahan untuk memenuhi pesanan. “Dulu, saya masih memakai oven yang
harganya hanya Rp 45.000 plus mixer seharga Rp 150.000,” kenang dia,
tergelak.
Permintaan yang masuk ke catatan Peni mulai dari kue ulang tahun
hingga permintaan hidangan untuk keperluan acara-acara di kantor. Hiasan
kue dia sesuaikan dengan tema pesta. Harga kue bervariasi antara Rp
200.000 sampai Rp 1,5 juta, sesuai dengan hiasan, bahan baku, serta
ukuran kue. Kini, saban hari Peni menerima pesanan minimal lima kue.
Tak sampai dua tahun, Cake Miracle sudah bisa balik modal. “Saya
menggunakan blog pribadi untuk memasarkan. Banyak pesanan datang dari
mereka yang mengunjungi blog saya,” ujar Peni.
Selain mengandalkan internet, pemasaran kue Peni juga berlangsung
dari mulut ke mulut. Marketing radio dengkul ini berjalan karena pembeli
puas atas kue bikinan Peni.
Lantaran permintaan yang dia terima semakin bejibun, tak hanya
menyediakan kue-kue besar, kini Cake Miracle juga membikin cupcake alias
kue hias mungil seukuran muffin. Bedanya dengan muffin, cupcake berhias
topping serupa kue hias atawa kue tart yang besar. “Cupcake memang
sedang menjadi tren sekarang,” ujar Peni. Dia memasang harga semungil
bentuknya, yakni mulai dari Rp 5.0000 per kue.
Selain Peni, nama Syarifah Khalida juga dikenal para pelanggan
sebagai pengusaha kue andal. Dia mengibarkan bendera Kotakkue sejak Juli
2007. Ida, sapaan gaul Syariah Khalida, mengaku usahanya balik modal
dalam waktu dua bulan.
Selain cake, Kotakkue juga menerima pesanan risoles. Dalam sebulan,
pesanan risoles bisa mencapai 500 buah, sedangkan order cake bisa
mencapai 30 order.
Dibantu oleh tiga orang karyawan, Ida bisa mengantongi laba bersih
sekitar 50%. “Saat ini omzet per bulan sudah mencapai sekitar Rp 30
juta,” ujar Ida sumringah.
Untuk berpromosi, Ida menempuh jalan yang sama persis dengan Peni,
yakni memanfaatkan jaringan internet. Memang, dunia maya ini menjadi
jaringan yang paling efektif dan murah untuk memasarkan apa pun,
termasuk kue.
Baik Peni maupun Ida bilang, asal bisa menjaga kepercayaan konsumen
dan tak berhenti berkreasi menghasilkan kue-kue dengan citarasa dan
hiasan yang khas, usaha usang ini tak ada matinya, saat ekonomi booming
maupun krisis.
Nah, sekali lagi terbukti bahwa di rumah sendiri sekali pun, bisnis bisa bergulir. (Kontan.co.id, 03 Mei 2009)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 σχόλια:
Posting Komentar