Dulu kopi identik dengan minuman bagi
kaum pria dewasa. Kini penikmat minuman ini hampir seluruh golongan umur
dan kelamin. Mulai anak baru gede, remaja, om-om, wanita karier, pria
metroseksual, hingga kakek-kakek, dan nenek-nenek; semua suka menyeruput
kopi panas maupun dingin.
Tak ayal lagi, pangsa pasar kopi tak
sepahit rasanya. Tengok saja, di mal-mal dan tempat strategis banyak
bermunculan kedai-kedai kopi. Anda tentu familiar dengan nama-nama
Starbuck, Coffee Bean, Gloria Jeans Coffee, dan sebagainya.
Tapi gerai-gerai itu berbendara asing.
Lantas ke mana kedai kopi lokal buka warung? Tenang, ada beberapa
pemilik kedai kopi lokal yang menawarkan kerjasama. Entah itu berbentuk
waralaba maupun kemitraan.
Anda penasaran? Berikut dua di antaranya.
Waralaba Keiko
Berawal dari kegemaran nongkrong di
warung kopi, Teddie Dian Patria bersama dengan empat rekannya memulai
bisnis kedai kopi. Usai lulus kuliah pada 2004, mereka sepakat
memberikan nama Kedai Kopi Espresso Bar di Yogyakarta. Kedai ini
kemudian lebih dikenal dengan nama Keiko. “Nama itu lebih mudah
diingat,” ujar Teddie.
Saat itu Keiko sudah menawarkan 60 jenis
minuman kopi dengan berbagai kombinasi. Kini varian kopi Keiko telah
berkembang menjadi 130 jenis. Seluruh minuman tersebut diracik dari
delapan jenis biji kopi asli Indonesia yang ditanam dari Aceh hingga
Papua.
Meski mengusung kopi made in negeri
sendiri, ternyata pengunjung yang mendatangi Keiko terus bertambah.
Lantas, timbul ide di benak mereka untuk melakukan ekspansi jaringan.
Sayang, sebagai pengusaha pemula, Teddie
dan kawan-kawan tak punya cukup modal untuk membuka cabang
banyak-banyak. Makanya, mereka akhirnya memilih berekspansi lewat pola
waralaba.
Ternyata respon dari masyarakat positif.
Hingga kini Keiko sudah menggaet empat mitra yang tersebar di
Yogyakarta, Solo, dan Jambi.
Selama membangun bisnisnya, Teddie telah
merogoh kocek hingga Rp 250 juta. Duit itu tandas untuk mendesain Keiko
layaknya kedai kopi gaul, pengadaan furnitur, izin, dan membangun
fasilitas free internet.
Keiko menawarkan tiga paket waralaba
yang berlaku selama lima tahun. Paket pertama, Keiko tak mengenakan
biaya waralaba (franchise fee). Tapi, mereka mengutip royalty fee
sebesar 10% dari laba bersih, serta biaya pemasaran juga 2% dari laba
bersih si mitra.
Paket kedua, mitra akan kena kutip
frachise fee sebesar Rp 15 juta dengan potongan royalty fee dan
pemasaran masing-masing sebesar 5% dan 1% dari laba bersih. Paket
ketiga, mitra terkena biaya waralaba Rp 25 juta namun royalty fee dan
biaya pemasaran masing-masing 3% dan 1% dari laba bersih.
Setelah menemukan mitra yang cocok,
Keiko bakal memperhatikan lokasi. Teddie mensyaratkan minimal luas
ruangan 50 meter persegi dan tersedia lapangan parkir yang memadai.
Maklum, biasanya orang yang nongkrong di kedai kopi gaul adalah golongan
menengah ke atas yang naik kendaraan.
Jangan lupa juga menyiapkan meteran
listrik dengan kekuatan hingga 7.700 watt. Soalnya Keiko menyajikan full
music dan lampu warna-warni. Demi kenyamanan pengunjung, usahakan tidak
bersebelahan dengan bengkel motor atau mobil serta usaha lainnya yang
menghasilkan limbah atau bau-bauan. “Mitra sendiri yang memilih
lokasinya. Usahakan mencari lokasi yang dekat dengan perkantoran,
kampus, atau pusat keramaian,” ujar Teddie.
Bila pemilihan lokasi sudah tuntas,
mitra wajib mengisi surat pendaftaran dan menyetorkan sebesar 25% dari
biaya waralaba sebagai tanda jadi. Selanjutnya, giliran Teddie yang akan
bekerja menangani masalah operasional, bantuan teknologi informasi,
persediaan bahan baku, serta desain lokasi.
Untuk persediaan bahan baku, mitra wajib
menggunakan bahan baku dari Keiko. Mulai dari biji kopi, sirup, hingga
krim. Hal ini untuk menjaga supaya cita rasa kopi Keiko sama di semua
tempat. Sedangkan pelatihan ke karyawan hingga pemilik, menyangkut
pilihan menu, racikan kopi, sistem pemasaran diberikan cuma-cuma.
Setiap tiga bulan sekali, Keiko pusat
akan melihat kembali ahli racik kopi alias barista di masing-masing
mitra. “Ini untuk memastikan bahwa racikan dan standar kopi Keiko tidak
melenceng,” ujar Teddie.
Setelah usaha berdiri, Teddie tak lepas
tangan. Ia akan terus memantau perkembangan bisnis si mitra. Maklum,
Keiko telah menetapkan target pendapatan untuk mitra setiap bulannya
sekitar Rp 30 juta – Rp 50 juta. Kalau bisa konsisten mencapai target
itu, Teddie berani memberi garansi, dalam tiga tahun mitra akan balik
modal.
Salah satu terwaralaba Keiko adalah
Rahmad Hidayat Barus. Mitra yang berlokasi di Jambi ini sangat puas
dengan pelayanan manajemen Keiko. Dia bercerita pernah suatu kali sistem
mereka rusak karena di sana listrik acapkali koit. Keiko pusat langsung
membantu mengganti program jaringan.
Keiko juga selalu membantu pemasaran
dengan sangat baik. “Kami juga mempunyai program pemasaran sendiri tapi
pusat juga promosi,” papar dia.
Rahmad mengaku telah mengeluarkan dana Rp 250 juta untuk waralaba Keiko. Ia menargetkan bisa balik modal selama 4 tahun – 5 tahun.
Rahmad mengaku telah mengeluarkan dana Rp 250 juta untuk waralaba Keiko. Ia menargetkan bisa balik modal selama 4 tahun – 5 tahun.
Kemitraan Misterblek
Kalau dana yang Anda miliki belum cukup
menyeruput waralaba Keiko, jangan berkecil hati. Masih ada paket
kemitraan dengan modal yang lebih kecil.
Salah satunya adalah Misterblek Coffee.
Kedai kopi yang berpusat di Bogor ini menawarkan tiga paket kemitraan
dengan modal imut-imut.
Paket Pemula, misalnya, hanya
membutuhkan modal awal Rp 600.000. Ini menyasar mitra yang baru mau
berusaha dan mitra yang sudah atau sedang menjalankan usaha minuman
lain, seperti teh atau jus.
Misterblek akan hadir melengkapi sajian
minuman si mitra. Untuk paket pemula, target penjualan per bulan
sebanyak 150 gelas. “Dengan modal itu, mitra akan mendapatkan
masing-masing 50 sachet kopi beserta cup-nya, sebuah blender, t-shirt
untuk seorang karyawan, serta X-banner,” papar Basri Adhi pemilik
Misterblek Coffee.
Paket Profesional membutuhkan modal awal
Rp 3 juta. Duit itu sudah termasuk pengadaan meja konter portable, kopi
beserta cup masing-masing 300 biji, blender, serta seragam untuk
karyawan.
Untuk paket ini, Basri menargetkan
rata-rata penjualan 600 gelas sebulan dengan rata-rata harga kopi
sekitar Rp 8.000 per gelas. Dengan begitu, mitra sudah bisa balik modal
dalam tempo delapan bulan.
Paket yang paling lengkap yakni Paket
Kafe, membutuhkan dana awal Rp 37 juta. Dengan dana tersebut, mitra akan
mendapatkan mini bar, furnitur berupa delapan kursi, dan dua meja.
Desain interior serta dekorasi diatur sendiri oleh Misterblek.
Khusus untuk paket ini, mitra tidak
hanya akan menawarkan kopi tapi juga burger dan bento. “Kami menerapkan
sistem beli putus,” kata Basri. Jadi mitra tidak akan terkena royalty
fee. Mereka hanya perlu menggunakan produk Misterblek baik untuk bahan
kopi maupun burger dan bento.(Kontan.co.id, 02 Mei 2009)
0 σχόλια:
Posting Komentar